Rabu, 08 April 2009

Ribuan remaja HTI di berbagai kota menggelar aksi remaja

Di tengah-tengah kehidupan remaja yang buram, ternyata masih ada remaja-remaja yang peduli terhadap masa depan mereka. Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh ribuan remaja dari Hizbut Tahrir Indonesia, pada hari Ahad, 22/02/09, menggelar Aksi Remaja "Saatnya Remaja Peduli Masa Depan" di Jakarta dan berbagai kota di seluruh Indonesia, seperti di Surabaya, Bandung, Makassar, Medan, Palembang, dan kota-kota lainnya.

Di Jakarta, para remaja Hizbut Tahrir Indonesia bersama kaum Muslimah melakukan longmarch dari dari Silang Monas menuju Bundara HI. Seperti dikabarkan detikNews, tiga ribu kader HTI sebelum memutari bundaran HI melakukan longmarch dari Parkir IRTI Monas menuju Jl. MH Thamrin dan kembali lagi ke monas, hendak menuju ke Istana Negara, Jl. Medan Merdeka Utara.

Mereka mengenakan gamis dan jilbab serba putih dan membawa bendera Liwa Raya, benderanya kaum Muslim bertuliskan kalimah tauhid. Di antara para peserta aksi itu, tampak separuhnya para pelajar SMU, terlihat dari seragam mereka yang mengenakan setelah putih abu-abu.

Dalam akhir aksinya, mereka menggelar aksi teatrikal sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi remaja yang cenderung negatif. Seperti penggunaan narkoba, tawuran, seks bebas, dan lain-lain. Perilaku negatif yang dilakukan kalangan remaja, menurut Kordinator Aksi Muslimah HTI Syiddah, dikarenakan kurangnya pendidikan pemberdayaan politik.

“Karena remaja Indonesia yang usianya 17-21 tahun jumlahnya cukup besar, sekitar 21 persen dari jumlah pemilih 2009. Jumlah yang cukup besar ini seharusnya tidak dipandang sebagai objek perolehan suara dalam pemilu, tapi sebagai jumlah subjek yang menentukan masa depan Indonesia,” paparnya.

HTI menyerukan segenap komponen umat untuk menghentikan segala jalan atau dukungan bagi tumbuh suburnya hedonisme di kalangan remaja. Hedonisme membuat remaja menjadi tidak peduli dengan masa depannya sendiri dan masa depan bangsa.

Di Surabaya, sekitar seribu remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dari Surabaya, Gresik, Sidoarjo dan Jombang menggelar aksi serupa di Taman Aspari. Menurut penanggungjawab aksi, Hanin Asa'adah, fakta remaja saat ini masih banyak yang terpengaruh gaya hidup liberal dan hedonis. Ini menjauhkan dan mengeluarkan mereka dari gaya hidup yang beradab, yaitu hukum Allah yang menciptakan manusia.

Remaja Islam Pemimpin Bukan Pembebek!“Remaja sekarang ini tergilas arus hedonisme dan sulit keluar dari kondisi itu. Karena itu kami ingin mengajak para remaja muslimah untuk membebaskan diri mereka dengan Islam,’ ujarn dia.

HANIN menambahkan atas nama kebebasan, banyak remaja terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba, aborsi, dan silau dengan gemerlapnya demokrasi liberalisme. Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus diselamatkan, ujarnya.

“Para remaja belum terdidik kepekaan dan kesadaran politiknya. Untuk itu, perlu dilakukan proses penyadaran politik melalui pembinaan intensif dan berorganisasi yang baik,” paparnya.

Beberapa poster dibentangkan oleh para peserta aksi. Diantaranya berisi ‘Tolak budaya liberal, Tolak gaya hidup hedonis, Selamatkan masa depan remaja dan lain-lain.

Aksi Remaja Peduli Masa Depan juga digelar di Kalimantan Selatan. Sekitar seratus remaja puteri Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Kalsel melakukan long march dari Depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin-Jalan MT Haryono - Jalan Pangeran Samudera - Jalan Lambung Mangkurat dan berakhir di Siring Sungai Martapura.

“Atas nama kebebasan, banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba, tawuran dan premanisme. Padahal remaja adalah asset bangsa. Di pundak merekalah masa depan bangsa ditentukan nantinya. Sehingga sudah saatnya mereka meninggalkan gaya hidup hedonisme dan liberal yang berasal dari sistem demokrasi-kapitalisme.dan mengambil ideology Islam sebagai the way of life,” ujar Hilya al-Huda, kordinator aksi di Kalsel.

Di Sumatera, aksi serupa digelar di Palembang dan Medan. Ratusan remaja dari mulai siswa Sekolah Dasar, SMA hingga mahasiswa ikut serta dalam aksi yang dipusatkan di Masjid Agung, Bundaran Air Mancur, Sumsel. Aksi tersebut mengundang perhatian pengemudi kendaraan yang melintas di BAM.

Menurut Kordinator Aksi Eti Sudarti, penyebab terjadinya tindak dan perilaku negatif dari remaja saat ini dikarenakan mereka kerab dijadikan sebagai objek. “Oleh sebab itu, kami menolak gaya hidup hedonisme, kapitalisme yang menjadi biang kehancuran harus dimusnahkan dengan jalan kembali pada syariah dan khilafah,” ucap Eti disambut pekik takbir peserta aksi.

Aksi Muslimah HTI juga berlangsung di Jember, Jawa Timur. Unjuk rasa yang dilakukan sekitar 500 pelajar ini digelar di depan Kantor Bupati Jember. Mereka menolak aksi kekerasan yang marak di kalangan pelajar. Menurut mereka, aksi kekerasan tersebut sebagai dampak gaya hidup berfoya-foya atau hedonisme dan liberalisme yang berasal dari negara Barat yang kapitalis. Mereka juga mengkritik tayangan televisi yang masih sangat sedikit unsur pendidikannya.

Ratusan kaum perempuan HTI juga menggelar aksi di depan Monumen Mandala, Makassar, Sulawesi Selatan. Aksi yang juga diikuti pelajar SMA dan SMP ini menyatakan keprihatinan atas kurangnya pemberdayaan politik di kalangan remaja. Padahal, sebanyak 36 juta remaja menjadi peserta pemilu pada April 2009. Menurut mereka, remaja seharusnya tidak semata dipandang sebagai obyek perolehan suara dalam pemilu. Tetapi juga sebagai subyek untuk menentukan masa depan Indonesia. Mereka juga mengkritik budaya hedonis yang marak di kalangan pelajar.

Di Bandung, guyuran hujan deras tidak menyurutkan tekad ribuan remaja Muslimah Bandung dan para Ibu untuk melakukan aksi damai, "Kampanye Remaja Muslimah Peduli Masa Depan: Tinggalkan Kapitalisme Dukung Khilafah". Rencananya, para peserta aksi akan melakukan longmarch, orasi dan aksi teatrikal di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda yang merupakan pusat mall dan outlet di Bandung. Namun, karena hukan semakin deras, akhirnya panitia mengalihkan kegiatan ini ke Masjid Salman.

Semangat yang diperlihatkan peserta aksi untuk meneruskan perjalanan meskipun hujansungguh luar biasa. Padahal sebelumnya panitia menawarkan pilihan kepada peserta akan melanjutkan aksi atau tidak ternyata tawaran panitia disambut takbir yang menandakan mereka siap berjuang untuk mendukung khilafah dan menolak liberalisme.

Subhanallah, demikianlah di tengah buramnya kehidupan kapitalisme yang mengancam remaja dan anak muda, ternyata masih ada remaja-remaja penerus masa depan umat ini yang lantang berbicara dan peduli masa depan. Tentu saja yang mereka inginkan bukan liberalisme dan demokrasi, melainkan mereka menginginkan syariah dan Khilafah segera ditegakkan untuk menjadikan negeri yang besar ini terdepan. Allahu Akbar!!!